Sedikit curcol saja, ketika gue nulis judul
ini rasanya kayak manggil diri sendiri. Tobat. Kata egois memang dekat dengan
keseharian banyak orang termasuk gue. Walaupun notabene egois itu berkonotasi
negatif, tapi bagi sebagian orang yang sadar akan keseimbangan alam semesta di mana
ada lawan dari segala hal. Kayak gemuk-kurus, tinggi-pendek, jauh-deket,
lapar-kenyang, hitam-putih, dan masih banyak lagi sampai kata yang ga boleh
kelewatan, bahwa di mana ada baik di situ pula ada buruk.
Kata sifat-egois, yang identik dengan sifat
buruk manusia pun masih bahkan harus memiliki sisi baik. Sekali lagi,
keseimbangan alam semesta mennn.
Oke, karena gue-penulis termasuk orang egois
yang ‘ngalahan’ maka ya sebelum kita bahas yang baik-baiknya kita liat yang
buruk-buruknya dulu deh.
Egois sebagai sifat buruk. Nyesek gue
nulisnya. Pengen gitu ya cepet-cepet sampai ke bagian yang baiknya aja.
Mendramatisir. Skip. Egois berasal dari kata ego dan diberi akhiran –is. Ego
sendiri artinya adalah refleksi dari kesadaran tiap individu terhadap dirinya
sendiri. Berawal dari akhiran –is inilah akhirnya kata egois dikenal
berkonotasi negatif, yang berarti orang yang selalu mementingkan dirinya
sendiri (Anne Ahira, 2015). Egois merupakan ego yang kurang terkontrol. Gue
yakin tiap individu punya ego-nya masing-masing. Tapi ketika ego itu berlebih,
maka saat itu pula mala petaka datang. Egois sebagai sifat buruk banyak sekali
kita jumpai di kehidupan kita, kayak
Berbuat semena-mena yang merugikan orang lain
itu egois. Makan ga bagi-bagi itu egois. Tidur sendiri saat kerja kelompok itu
egois. Sama-sama kebelet dan pengen duluan ke kamar mandi itu egois. Ga mau
mengakui kesalahan itu egois. Pokoknya semua hal dimana seseorang selalu
mementingkan diri sendiri pada kondisi dimana dia membutuhkan orang lain. Ini
pointnya. Sebenernya sikap egois ga akan dikatakan sebagai egois kalo ga ada
obyek yang dirugikan. As simple as that, sifat egois itu dikatakan buruk bila
seseorang melulu mementingkan kepentingan dirinya sendiri, dalam keadaan
apapun, ga liat sikon-situasi kondisi sekitar, dan semacamnya.
Sifat egois ini kalo dipelihara terus menerus
tanpa kontrol yang baik dari diri masing-masing individu, pastinya akan
menimbulkan berbagai hal yang tidak menyenangkan. Tidak cukup dengan orang lain
saja, bahkan sering kali sifat inilah yang merusak hubungan baik yang sudah
kita miliki. Misalnya dengan keluarga, pacar, partner, ataupun teman. Banyak guys,
turunan dari sifat egois yang bisa jadi kalian ga sadar selama ini misalnya
egois jadi gengsi minta maaf duluan, egois jadi acuh tak acuh, egois jadi
membutakan diri dengan lingkungan sekitar, egois jadi maunya menang sendiri,
egois jadinya gamau mengakui kesalahan.
Selain semua yang buruk-buruk di atas, egois
juga memiliki sisi baik. Akhirnya. Gue ga dramatis lagi, takut digeplak. Terakhir
kali gue ingetin, ini tentang keseimbangan alam semesta. Lo mau nerima atau
engga itu akan tetep ada. Merenunglah dan ga perlu ngasih jawaban benar atau
salah tentang ini.
Egois
kadang diperlukan agar seseorang menjadi tegas
Di artikel gue yang sebelumnya, dibahas bahwa
semakin dewasa seseorang maka makin sering aja ketemu berbagai macam orang yang
aneh-aneh. Pada saat itulah kadang egois diperlukan. Misal, posisi lo lagi
punya duit ada orang mau minjem duit sama lo. Lo kasih ga? Sebelum lo jawab,
gue bakal kasih gambaran latar kejadian sebelum ini. Sebelumnya, lo udah sering
kasih pinjem orang yang sama dengan berbagai alasannya yang butuhlah apalah,
pada saat dia punya uang dia ga bayar. Dan pada saat lo butuh dan minjem ke
dia, ga pernah dikasih. Sebagai orang egois, absolutely gue bilang engga. Karena
gue egois. Tapi beda dengan mereka yang baik hati, ga enakan dan sebagainya. Sekali
dua kali sih masih bisa ditolerir. Berkali-kali? Gue saranin lo ambil sikap
tegas men. Kadang lo perlu egois juga untuk hal semacam ini. Ini berlaku pula
untuk beberapa kasus serupa.
Egois
juga diperlukan agar orang lain tidak semena-mena terhadap kita
Penjelasan tentang ini hampir sama dengan
yang di atas.
Egois diperlukan agar individu bisa
berkembang sesuai dengan potensi yang dimiliki
Hal ini riskan terjadi pada kasus pertemanan.
Di mana katanya teman yang baik itu harus bersama-sama saat susah maupun senang.
Itu bener tapi salah. Bingung? Gue kasih ilustrasi. Lo dan BFF sama-sama masuk
fakultas kedokteran. Lo masuk karena lo ngerasa memang passion lo disitu, dan
temen lo masuk karena tuntutan lain dan kebetulan dia kurang berpotensi. Kemana-mana
lo selalu berdua. Bahkan tugas dan di luar kuliah selalu bareng temen lo itu. Sebagai
temen yang ngerasa kurang mampu, temen lo minta sama lo untuk selalu inget sama
dia pas ada tugas dan sebaginya. Sebagai orang egois, gue jelas-jelas ga akan
mau. Bener. Setiap orang punya kesempatan untuk berkembang. Kalau perkembangan
lo dibatasi karena lo harus nungguin temen, akankah lo diem aja nerima keadaan
dan ga pernah berkembang? Coba sedikit egoislah pada saat ini, tentu lo bisa
sampaikan dengan cara yang baik tanpa menimbulkan perpecahan.
Egois
pada diri sendiri
Ini hal yang paling sulit menurut gue,
makanya gue taroh terakhiran. Ego manusia kadang memang tidak terkontrol. Ini yang
membuat seseorang menjadi egois. Untuk beberpa kasus, egois perlu dilawan
dengan egois pula. Pada saat keegoisan lo muncul, maka lo perlu menciptakan
keegoisan yang lain untuk melawannya. Misal, lo dengan kehidupan finansial
keluarga yang pas-pasan. Bukan pas-pasan yang pas pengen beli mobil ada, dan
sebagainya. Ini bener-bener pas-pasan. Dengan cita-cita lo yang setinggi
langit, finansial keluarga tidak mendukung dan otomatis egois lo bakal
menjerumuskan lo ke dalam protes yang tak menentu. Pada saat itulah lo perlu
menciptakan egois yang lainnya. Lo gabisa menuntut orang lain dengan keegoisan
yang lo miliki, bahkan jika orang itu adalah orang tua lo sendiri. Maka dari
itu lo perlu melebur egois lo pada keluarga dengan egois pada diri lo sendiri
atau lo bakal kehilangan apa yang lo sayangi.
See? Ternyata egois ga melulu jelek kan? Tapi
ga baik juga kalo dibiarkan tumbuh subur kayak lumut. Yang bisa kita petik, ternyata
hal buruk pun bisa jadi sesuatu yang positif jika kita menempatkan pada posisi
dan porsi yang tepat. Be smart ya :)
Sampai ketemu di cerita yang lain...
Sampai ketemu di cerita yang lain...
0 komentar:
Posting Komentar