Selasa, 19 Mei 2015

Tugas Akhir

Diposting oleh Fariris M Eka di 06.39.00


Sedikit cerita gue di masa pengukiran sejarah kelulusan S1 (walaupun gue belum tahu gimana endingnya). Tugas akhir sudah menjadi hal sakral yang pasti akan dihadapi setiap mahasiswa dengan tingkat studi apapun yang mereka ambil. Karena notabene tugas akhir adalah syarat kelulusan itu sendiri. Entah apa bentuknya, skripsi, magang, kkn, pkl, kerja praktik, dan sebagainya itu pasti bakal dihadapi. Sejalan dengan jenisnya yang cukup banyak, cara menghadapinya juga macem-macem tergantung amal ibadah. Oh ngga ya?? Hehee. Tentunya tergantung kebijakan universitas dan juga kemauan serta kegigihan masing-masing mahasiswa. Ada yang nikmatin dengan semboyan alon-alon asal kelakon akhirnya ga kelar-kelar. Ada yang pengen cepet-cepet kelar, tiap hari ngapelin dosen nungguin revisian padahal typo masih se-abreg dan selalu dapet banyak coretan, tapi akhirnya kelar tepat waktu dengan dosen muntah-muntah tiap liat muka lo. Ada juga bahkan “banyak” yang ngambil “jalan pintas”. Skip.
Gue mau share di sini sebagian jalan gue menuju ke gerbang kelulusan. Dalam arti saat ini gue sedang menjalani proses penyusunan tugas akhir a.k.a TA. Udah setengah jalan gue laluin dan gue masih belum ngerasa yang bener-bener stres. Orang bahagia susah kurusnya. Terbukti badan gue makin hari makin melebar. Skip.


Sebenernya stres, galau, males, takut dan temen-temennya itu pasti gue alami. Ga bisa dipungkiri hal-hal semacam itu pasti menghantui di saat-saat seperti ini. Ditambah lagi pertanyaan-pertanyaan mengintimidasi yang seringkali muncul dari mulut tak berperi-keapalahapalahan. Semacam, “Udah dapet tempat magang?” “Magang dimana?” “Udah mulai nulis?” “Nyampe bab berapa?” “Udah nyebar kuesioner?” “Nyebar dimana?” “Udah dapet jawaban?” “Bab xx nya sudah di acc pembimbing?” apalah apalah pokoknya. Cape ngejawabnya. Sebetulnya mereka yang seperti itu memiliki tingkat gradien yang lebih tinggi dari kita. Tapi seringkali kita menghadapinya dengan otak yang lebih miring, sehingga menimbulkan stres yang tidak berkualitas. Apalah.
Intinya tugas akhir bukanlah sebuah momok yang membuat seseorang terserang stres akut saat membahasnya. Jalani saja guys. Toh dosen itu ga bakal makan orang (kecuali dosen lo kanibal). Orang tua ga akan nyoret lo dari daftar ahli waris (kecuali lo durhaka). Orang lain ga akan berheti ngoceh dengan lo merasa stres. Semua kembali lagi ke diri lo. Sampai taraf mana itu (respon positif/negatif dari orang lain) mengganggu lo, itu adalah pilihan lo. Dan gue memilih untuk tidak terganggu (Raditya Dika, Mata Najwa). 


Dari pada mikirin hal-hal yang tidak produktif, mendingan isi otak lo dengan hal-hal yang fresh sehingga lo bisa lebih bersemangat. Di sini gue menyarankan lo untuk punya yang namanya moodbooster (ini salah satu cara yang gue lakuin). Moodbooster itu bisa berasal dari apapun, carilah sesuatu yang membuatmu antusias untuk mengetahuinya, melakukannya, mengikutinya, atau sejenak melupakan kepenatan yang lo alami karena tugas akhir. Lebih bagus lagi kalau lo bisa nemuin muse di saat seperti ini, itu pasti akan sangat membantu. Muse merupakan sosok yang di mata lo sempurna tanpa cacat. Yang membuat lo semangat tiap kali lo mengingatnya, melihatnya, atau mendengar suaranya dan semacamnya. Ketika muse lo temukan, maka hal-hal semacam stres, galau, males, takut dan temen-temennya itu hanyalah mitos belaka.



Sampai ketemu di cerita yang lain...

0 komentar:

Posting Komentar

 

Fariris World Copyright © 2012 Design by Antonia Sundrani Vinte e poucos